Selasa, 06 Agustus 2013

8 Agustus 2013 M Bukan 1 Syawal 1434 H Yang Sebenarnya?

Kalender resmi pemerintah Indonesia menunjukkan bahwa Idul Fitri 1 Syawal 1434 H bertepatan dengan 8 Agustus 2013 M, walau pun kepastiannya akan diputuskan pada saat sidang itsbat tanggal 7 Agustus 2013. Ormas Muhammadiyah dan Persis malah sudah memastikan 1 Syawal 1434 H bertepatan dengan 8 Agustus 2013 M. Tetapi kenapa saya memberi judul tulisan ini "bukan yang sebenarnya"?

Sebagaimana sidang itsbat penetapan 1 Syawal 1434 H yang akan dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2013, memang begitulah bahwa penetapan 1 Syawal 1434 H tergantung pada penampakan hilal pada saat matahari terbenam tanggal 7 Agustus 2013. Bila hilal terlihat maka keesokan harinya, kamis 8 Agustus 2013 adalah 1 Syawal 1434. Bila tidak terlihat, maka 1 Syawal 1434 jatuh pada hari jum'at 9 Agustus 2013. Bagaimana peta penampakan hilal pada saat maghrib tanggal 7 Agustus 2013 nanti?

Salah satu software yang bisa menampilkan penampakan hilal (crescent visibility) awal bulan hijriyah adalah Accurate Times yang bisa diunduh dari http://www.icoproject.org/accut.html?&l=en. Untuk penampakan hilal awal bulan Syawal 1434 H, peta penampakan hilal saat maghrib tanggal 7 Agustus 2013 M hasilnya di bawah ini.


Pada gambar di atas, daerah yang diarsir warna merah adalah daerah yang mana hilal belum wujud karena belum terjadi konjungsi. Daerah yang tidak diarsir adalah daerah yang mana hilal sudah wujud tetapi tidak mungkin dilihat, baik dengan mata telanjang maupun dengan alat optik. Daerah yang diarsir warna biru bisa melihat hilal tetapi harus dengan alat optik. Daerah warna magenta bisa melihat hilal dengan mata telanjang. Sedangkan daerah warna hijau bisa dengan mudah melihat hilal dengan mata telanjang.

Pada gambar di atas, Indonesia berada di daerah tanpa arsiran, yaitu hilal sudah wujud tetapi tidak mungkin untuk dilihat. Gambar di atas dibuat untuk kriteria penampakan hilal atau biasa kita kenal dengan istilah imkanur rukyat (IR) menurut Odeh. Menggunakan software Accurate Times kita juga bisa mendapatkan gambar dengan kriteria IR internasional lainnya, yaitu Yallop dan SAAO. Hasilnya tidak jauh beda, semuanya menempatkan Indonesia di daerah tanpa arsiran.

Dari gambar di atas bisa disimpulkan bahwa sebenarnya pada tanggal 7 Agustus 2013 saat maghrib di semua wilayah Indonesia hilal tidak mungkin bisa dilihat. Tetapi mengapa kalender resmi pemerintah Indonesia menunjukan bahwa tanggal 8 Agustus 2013 adalah 1 Syawal 1434, yang berarti pada saat maghrib tanggal 7 Agustus 2013 kemungkinan besar hilal bisa dilihat di Indonesia?

Indonesia tidak menggunakan kriteria IR internasional, tetapi menggunakan kriteria IR regional yang disepakati bersama Malaysia, Brunei dan Singapura, atau yang dikenal dengan nama MABIMS. Kriteria MABIMS ini sebenarnya secara astronomi tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Tetapi, karena sudah dipakai di Indonesia, maka bila tanggal 7 Agustus 2013 nanti ada yang mengaku melihat hilal maka pasti diterima pengakuannya. Oleh Prof. Thomas Djamaluddin, peneliti LAPAN yang sering dipakai pemerintah Indonesia sebagai nara sumber penetapan awal bulan Hijriyah, hilal seperti ini disebut sebagai "hilal syar'i". Untuk kasus tanggal 7 Agustus 2013 ini bisa dibaca penjelasannya di blog beliau: http://tdjamaluddin.wordpress.com/2013/07/29/ayo-belajar-hisab-imkan-rukyat-kasus-syawal-1434/.

Jadi, kalau di Indonesia pada saat maghrib tanggal 7 Agustus 2013 nanti ada yang mengaku melihat hilal pasti diterima pengakuannya, tetapi oleh ahli astronomi seperti Prof. Thomas Djamaluddin dan Mutoha Arkanuddin (http://mutoha.blogspot.com/2005/10/about-me_03.html) hilal seperti ini hanya disebut sebagai "hilal syar'i" bukan hilal sebenarnya ("hilal falaky"). Karena itu, 8 Agustus 2013 juga hanya disebut sebagai "1 Syawal 1434 syar'i", bukan "1 Syawal 1434 sebenarnya".

Kebenaran hilal sebenarnya bisa dibuktikan dengan foto. Sayangnya sampai saat ini belum ada foto hilal yang meyakinkan dari daerah tanpa arsiran pada gambar di atas. Pada kasus awal Ramadhan 1431 H (Agustus 2010 M), pak Mutoha pernah membuat analisa atas foto yang diklaim sebagai foto hilal awal bulan. Bisa dibaca di http://rukyatulhilal.org/opini/hilal-syari-vs-hilal-falaky.html. Kesimpulannya, kalau pun ada yang menunjukkan foto hilal pada daerah tanpa arsiran di atas, kemungkinan besar foto itu tidak meyakinkan. Tetapi kalau bicara kemungkinan kan ada kemungkinan kecil bahwa besok rabu 7 Agustus 2013 di Indonesia ada yang mendapatkan foto hilal 1 Syawal 1434 yang meyakinkan. Semoga ada, agar 8 Agustus 2013 di Indonesia menjadi 1 Syawal 1434 yang sebenarnya.

1 komentar: