Senin, 01 Agustus 2011

Idul Fitri 1432 yang Tidak Seperti Biasanya

Akhirnya pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1432 jatuh pada hari senin 1 Agustus 2011. Ketetapan ini sama dengan ketetapan Muhammadiyah dan Persis yang jauh-jauh hari sudah diumumkan di media masa. Demikian juga NU yang mengikuti hasil ketetapan pemerintah. Berarti tahun ini bisa dikatakan umat Islam Indonesia memulai bulan Ramadhan pada hari yang sama, kecuali beberapa kelompok kecil seperti penganut Islam Aboge.

Sedangkan untuk Idul Fitri 1 Syawal 1432 H, sebagaimana diberitakan di berbagai media, misalnya di harian Pikiran Rakyat tanggal 10 Juli 2011 (http://www.pikiran-rakyat.com/node/151383), ketetapan Muhammadiyah berbeda dengan Persis. Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1432 jatuh pada hari selasa 30 Agustus 2011, sedangkan Persis menetapkan 1 Syawal 1432 jatuh pada hari rabu 31 Agustus 2011. Tadinya, membaca berita ini saya tidak begitu heran. Sudah sering terjadi memang Muhammadiyah berbeda dengan pemerintah dan ormas lain dalam menetapkan kalender hijriyahnya. Saya baru terkejut ketika melihat kalender kerja perusahaan saya dan kalender di dinding rumah saya. Disitu tertulis Idul Fitri 1 Syawal 1432 H adalah hari selasa 30 Agustus 2011, berarti sama dengan ketetapan Muhammadiyah. Padahal seingat saya, kalau ada perbedaan antar ormas Islam di Indonesia dalam menetapkan Idul Fitri, pemerintah selalu berbeda dengan Muhammadiyah.

Sebagaimana diketahui, perbedaan penetapan kalender hijriyah di Indonesia disebabkan perbedaan kriteria penetapan tanggal 1 bulan hijriyah. Rasulullah saw. memerintahkan kaum muslimin untuk melihat hilal ketika akan memulai shaum Ramadhan dan mengakhirinya. Di akhir bulan Sya'ban, saat matahari terbenam, apabila hilal terlihat maka keesokan harinya sudah masuk bulan Ramadhan, bila tidak maka lusanya baru masuk bulan Ramadhan. Demikian juga dengan penentuan bulan Syawal. Nah, yang menjadi pangkal perbedaan adalah kriteria dalam menentukan kapan hilal dianggap sudah terlihat. Bagi yang menggunakan metode hisab, ada dua kriteria yang digunakan yaitu kriteria wujudul hilal dan imkanur rukyat. Kriteria wujudul hilal menyatakan bahwa apabila pada hari terjadinya ijtimak/konjungsi saat matahari terbenam tinggi hilal sudah positif (matahari terbenam lebih dulu dari bulan), maka hilal dianggap sudah terlihat. Sedangkan kriteria imkanur rukyat menyatakan bahwa tinggi hilal pada hari terjadinya ijtimak harus melebihi angka tertentu yang mana hilal bisa dilihat dengan mata kepala, baik menggunakan alat maupun mata telanjang. Bagi yang menggunakan metode rukyat, ada dua kelompok juga, yaitu yang menggunakan kriteria imkanur rukyat dan yang tidak menggunakan. Yang menggunakan kriteria imkanur rukyat baru akan menerima kesaksian orang yang mengaku melihat hilal apabila setelah dihitung tinggi hilal pada saat itu telah memenuhi kriteria imkanur rukyat.

Dalam menentukan awal bulan hijriyah, Muhammadiyah dan Persis menggunakan metode hisab, karena itulah Muhammadiyah dan Persis jauh-jauh hari telah menetapkan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Ketetapan Muhammdiyah bisa dibaca di: http://www.muhammadiyah.or.id/id/download-maklumat-pimpinan-pusat-muhammadiyah-80.html, sedangkan ketetapan Persis bisa dibaca di: http://persis.or.id/?mod=content&cmd=news&berita_id=1367. Bedanya, Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal, sedangkan Persis menggunakan kriteria imkanur rukyat. Sedangkan pemerintah dan NU menggunakan metode rukyat dengan kriteria imkanur rukyat.

Kriteria imkanur rukyat yang digunakan di Indonesia dikenal dengan nama kriteria MABIMS (Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Pada kriteria ini, tinggi hilal minimum yang bisa dilihat dengan mata kepala adalah 2°. Hasil perhitungan Muhammadiyah maupun Persis menunjukkan bahwa ijtimak akhir Ramadhan 1432 H terjadi pada hari senin 29 Agustus 2011. Pada hari itu, saat matahari terbenam di seluruh Indonesia tinggi hilal kurang dari 2°. Saya juga menerima press release dari YPM Salman ITB tentang penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal 1432 H yang menyatakan hal yang sama.


Di kalender resmi pemerintah, penentuan tanggal hijriyahnya tentu dibuat dengan metode hisab (SKB 3 Menteri tentang hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2011 bisa didownload di http://www.menpan.go.id/index.php/download/category/9-surat-keputusan-bersama). Sebagaimana disebutkan diatas, pemerintah kita menggunakan kriteria imkanur rukyat MABIMS dalam menetapkan awal bulan hijriyah. Dari perhitungan Muhammadiyah dan Persis, juga press release YPM Salman ITB, terlihat bahwa pada hari senin 29 Agustus 2011 / 29 Ramadhan 1432 saat matahari terbenam di seluruh Indonesia tinggi hilal kurang dari 2°. Artinya bahwa keesokan harinya selasa 30 Agustus belum masuk bulan Syawal. Jadi, mestinya di kalender resmi pemerintah tertulis Idul Fitri 1 Syawal 1432 H adalah hari rabu 31 Agustus 2011, bukan senin 30 Agustus 2011 seperti yang tertulis saat ini. Makanya saya terkejut, aneh, ini hal yang tidak seperti biasanya.

Saya mencoba menelusuri mengapa hisab pemerintah beda. Saya menemukan data yang berbeda yang dikeluarkan oleh Badan Peradilan Agama (badilag), bisa didownload di http://www.badilag.net/index.php/hisab-rukyat/data-hisab-rukyat/4112-data-hilal-menjelang-awal-bulan-hijriyah-tahun-1431-1440-1401. Data badilag, menunjukkan bahwa pada hari senin 29 Agustus 2011 tinggi hilal adalah 2°06'20'', sudah lebih dari 2°. Berarti keesokan harinya, selasa 30 Agustus 2011 sudah masuk bulan Syawal 1432 H. Apakah dari data ini pemerintah membuat kalender resmi 2011? Mengapa hasil perhitungan badilag berbeda dengan perhitungan Muhammadiyah, Persis maupun press release YPM Salman ITB?

Saya mencoba bertanya ke Pak Thomas Djamaluddin, anggota Badan Hisab Rukyat Kementrian Agama. Tanya jawab saya bisa dibaca di blog beliau: http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/07/19/garis-tanggal-ramadhan-dan-syawal-1432. Jawaban beliau saya kutip dibawah ini.
SKB hari libur 2011 disiapkan sejak Februari 2010. Badan Hisab Rukyat memberikan kesepakatan lama (seperti yang tercermin di garis tanggal Badilag) berdasarkan kesepakatan Musyawarah Kerja BHR beberapa tahun lalu. Maret 2010 dilakukan Musyawarah Kerja BHR di Semarang yang mengoreksi kesepakatan lama tersebut terkait penentuan awal Syawal.
Entah kenapa koreksi yang dibuat BHR pada muker Maret 2010 tidak mengoreksi SKB 3 Menteri itu.

Tanggal 29 Agustus 2011 nanti akan ada sidang itsbat penetapan 1 Syawal 1432 H. Apabila pada sore itu ada yang mengaku melihat hilal, maka diterima tidaknya kesaksian orang tersebut tergantung pada perhitungan (hisab) imkanur rukyat yang dibuat sebelumnya. Bila hisab yang digunakan menunjukkan hilal bisa dilihat dengan mata kepala sebagaimana data badilag, maka kesaksiannya akan diterima, berarti Idul Fitri 1432 akan jatuh pada hari selasa 30 Agustus 2011. Bila tidak, sebagaimana hisab yang lainnya, maka kesaksiannya akan ditolak, berarti Idul Fitri akan jatuh pada hari rabu 31 Agustus 2011.

Jadi, apakah pemerintah akan menetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari selasa 30 Agustus 2011, ataukah rabu 31 Agustus 2011? Kita tunggu saja hasil sidang itsbat 29 Agustus 2011 nanti. Semoga kita mendapatkan hasil yang terbaik, dan kita semua rela menerimanya.

Catatan:
Yang berhak menerima atau menolak kesaksian orang  yang mengaku melihat hilal adalah Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyyah. Tata caranya bisa dibaca di: http://www.badilag.net/hisab-rukyat/data-hisab-rukyat/612-pendoman-tatacara-pelaksanaan-itsbat-rukyatul-hilal.


Update 11 Agustus 2011

Data hilal penentu awal Syawal 1432 dari BMKG bisa diunduh di http://data.bmkg.go.id/share/Dokumen/informasi_hilal_awal_syawwal_1432h.pdf. Sama dengan data-data yang telah saya tulis diatas, data BMKG juga menunjukkan bahwa pada tanggal 29 Agustus 2011 di seluruh Indonesia tinggi hilal kurang dari 2°.

Kalender 2011 yang dikeluarkan oleh Lajnah Falakiah NU Kabupaten Gresik bisa diunduh di http://elhooda.files.wordpress.com/2011/04/www-elhooda-com-kalender_2011_full_release.pdf. Di kalender ini juga tertulis bahwa Idul Fitri 1432 H jatuh pada rabu 31 Agustus 2011.

Implikasi:
Dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa walaupun di kalender resmi pemerintah tertulis  Idul Fitri 1 Syawal 1432 H bertepatan dengan hari selasa 30 Agustus 2011 M, pada kenyataannya kemungkinan besar akan berubah menjadi hari rabu 31 Agustus 2011 M. Karena itu, bagi yang punya tiket mudik tanggal 30 Agustus 2011 dan niatnya pulang kampung setelah shalat Ied, siap-siap saja kalo ternyata tanggal 30 Agustus 2011 itu belum Idul Fitri. Bagi panitia shalat Idul Fitri yang khatibnya sudah siap untuk hari selasa 30 Agustus 2011, kalo khatibnya tidak siap diundur waktunya jadi rabu 31 Agustus 2011 maka siap-siap cari khatib pengganti. Kalau punya rencana acara makan-makan setelah shalat Ied hari selasa 30 Agustus 2011, siap-siap acara itu diundur jadi rabu 31 Agustus 2011. Dan seterusnya.

27 komentar:

  1. ustad..saya mau nanya, apakah sidang itsbat hari ahad tanggal 31 juli kemarin itu adalah pembodohan umat? bukannya seharusnya rukyat hilal itu dilakukan tanggal sabtu 29 syaban (30juli). Sepengetahuan saya, kita disuruh melihat hilal tanggal 29 syaban..jika tidak terlihat hilal, maka syaban akan digenapkan menjadi 30 hari.. Nah..kalo sidang nya tanggal 30 syaban..kan sudah pasti besoknya 1 ramadhan...
    bukankah ini hanya buang buang dana APBN ustadz?

    BalasHapus
  2. Pasti bu Arti sudah termakan tulisan Prof. Dr. Sofjan Siregar di detik.com ya? Coba kita baca data dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) yang bisa diunduh di: http://data.bmkg.go.id/share/Dokumen/informasi_hilal_ramadhan_1432h.pdf. Saya salinkan bagian tentang konjungsi.

    1. Waktu Konjungsi (Ijtima’) dan Terbenam Matahari

    Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima’ adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi. Kejadian ini akan kembali terjadi pada Sabtu, 30 Juli 2011 M, pukul 18:40 UT atau Ahad, 31 Juli 2011 pukul 01:40 WIB atau 02:40 WITA atau 03:40 WIT, yaitu ketika nilai bujur Ekliptika Matahari dan Bulan tepat sama 127,266o. Pada saat konjungsi tersebut, jarak sudut Matahari dan Bulan (elongasi) adalah 3,609o. Elongasi ini lebih besar daripada jumlah semi diameter Bulan dan Matahari pada saat tersebut, yaitu 0,531o. Periode sinodis Bulan sendiri terhitung sejak konjungsi sebelumnya hingga konjungsi yang akan datang ini adalah 29 hari 9 jam 46 menit.

    Waktu terbenam Matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan Matahari tepat di horizon teramati. Keadaan ini bergantung pada berbagai hal, yang di antaranya adalah semi diameter Matahari, efek refraksi atmosfer Bumi dan elevasi lokasi pengamat di atas permukaan laut (dpl). Dalam perhitungan standar, semi diameter Matahari dianggap 16’, efek refraksi dianggap 34’ dan elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl. Berdasarkan hal ini Matahari terbenam di wilayah Indonesia pada tanggal 31 Juli 2011 paling awal terjadi pada pukul 17:37 WIT di Merauke dan paling akhir pada pukul 18:56 WIB di Sabang.

    Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan bahwa konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam tanggal 31 Juli 2011 di wilayah Indonesia. Dengan demikian, secara astronomis waktu pelaksanaan rukyat Hilal di wilayah Indonesia bagi yang menerapkan rukyat dalam penentuan awal bulan qomariah adalah setelah Matahari terbenam tanggal 31 Juli 2011. Sementara itu bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal bulan qomariah, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat Matahari terbenam tanggal 31 Juli 2011 tersebut.

    BalasHapus
  3. Sebagai tambahan, bisa dibaca di http://www.icoproject.org/icop/sha32.html, sebagian negara memulai bulan Sya'ban 1432 pada tanggal 2 Juli 2011, sebagian yang lain seperti Indonesia memulai bulan Sya'ban 1432 pada tanggal 3 Juli 2011. Karena di Indonesia tanggal 1 Sya'ban 1432 jatuh pada hari ahad 3 Juli 2011, maka tanggal 31 Juli 2011 bertepatan dengan 29 Sya'ban 1432. Mungkin, di tempat tinggal Prof. Dr. Sofjan Siregar tanggal 1 Sya'ban 1432 jatuh pada hari sabtu 2 Juli 2011, jadi dia bisa bilang tanggal 31 Juli 2011 bertepatan dengan 30 Sya'ban 1432.

    BalasHapus
  4. Muslim awam berkata, ... Selama menggunakan rukyat, pasti terjadi perbedaan-perbedaan, penyesuaian, koreksi, dll. Belum lagi saksi yg kurang kredibel dan akuntabel --maksudnya dipercaya tidak bisa disuap--. Selama menggunakan rukyat rasanya tidak mungkin membuat kalender Hijriyah Nasional --apalagi international-- yg disepakati oleh seluruh atau katakanlah sebagian besar umat Islam. Lho bagaimana mungkin ada kalender yang tanggal 1 Syawal dan 1 Dzulhijjahnya belum bisa dipastikan, nalar dan logika akan bertanya? Bagaimana? kok bulan-bulan yang lain seperti Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, dll bisa ditentukan! Dalilnya untuk bisa menghilangkan kebingungan adalah dengan hadits tentang apabila melihat hilal dst.nya. Padahal hadits itu ada illat nya menurut hadits juga tentunya yaitu karena masyarakat kala itu belum pintar, belum bisa ilmu astronomi seperti sekarang. Jadi jelas sifatnya kondisional. Sama seperti shalat Idul Fitri dan Idul Adha, selalu dilapangan, kecuali hujan di Mesjid, jadi perintahnya di Lapangan, tapi begitu hujan justru jangan di Lapangan tapi di Mesjidlah. Jadi sama perintahnya rukyat(metode maksudnya) karena kondisinya, tapi kalau kondisinya sudah banyak orang pintar astronomi, justru jangan pakai rukyat dong. Sederhana kok logikanya, Islam memang agama sempurna bisa buat orang awam, pun orang intelek. Selain itu kalau pakai metode Hisab jelas sangat memungkinkan Islam membuat kalender Nasional bahkan International, terlepas dari wujudul hilal atau imkar rukyat,tapi sudah selangkah lebih maju kearah penyatuan. Tapi itu semua menurut orang awam, jadi dimaklum kalau pendapatnya kurang pas. Wuah kalau dibilang Idul Fitri kali ini tidak biasa, kayaknya kurang tepat, di Indonesia ini sudah biasa kok beda Idul Fitri, saudara saya suami dan isteri pernah beda hari raya. Setahu saya NU Jatim dengan NU Pusat beberapa tahun lalu pernah kok beda, yang waktu itu walikota atau pejabatnya apa, yang mau open house pas hari raya kelabakan, karena persipannya maju satu hari. Jadi sudah biasa, namanya juga Indonesia, yang penting kita saling toleransi, saling menghargai, sambil terus berupaya mencari titik temu, mudah-mudahan Pak Thomas Djamaluddin bisa memberikan terobosan untuk menemukan titik temu dalam kesamaan metode dan konsep/kriteria tentang penentuan Idul Fitri, khusunya kalender Islam. Maju terus Pak Thomas, saya orang awam (dalam soal astronomi) hanya bisa mendo'akan.
    Wass

    BalasHapus
  5. @Anonim: Saya katakan Idul Fitri tahun ini tidak biasa karena pemerintah menggunakan kriteria imkanur rukyat; sedangkan dari hasil perhitungan Muhammadiyah, Persis dan YPM Salman ITB, Idul Fitri 30 Agustus 2011 itu tidak memenuhi kriteria imkanur rukyat.

    BalasHapus
  6. Wualah.. wualah...! Saya salah faham. Sekarang faham dan mengerti maksudnya. Maklum orang awam, setelah dua, tiga kali dibaca lagi baru mengerti maksudnya. I ya benar kalau begitu, pemerintah tidak konsisten, saya jadi pengen melihat kalender dari pemerintah, Sudah ada potensi masalah sosial dengan adanya perbedaan Idul Fitri ini --kata orang pintar-- eh .. sekarang tidak konsisten dalam menggunakan kriteria imkanur rukyat/batas melihat hilal, bikin bingung orang awam saja ih. Jadi benar Pak Badrus Idul Fitri 1432 memang tidak biasa, lebih gampangnya pemerintah dalam menghitung/membuat kalender --yang ada tglIdul Fitri 1432 H-- itu tidak biasa yah. Yah... maklum lah Pak Badrus! Kan banyak orang bilang pemerintah kurang tegas,suka ragu2x dan
    Selalu Begitu Yah!

    BalasHapus
  7. Kalau anda melihat pendapat ulama fikih international, metode rukyat adalah metode yang diakui. sedangkan hisab (wujudul hilal) tidak diakui. Hisab imkaniyaturru'yah, diperbolehkan menurut fatwa Al-Azhar. metode panggambilan dalil (istidlal) metode wujudul hilal sangat lemah karena bertentangan dengan kesepakatan ulama sepanjang masa. Di samping itu, menetapkan awal puasa dan idul fitri adalah ototitas pemerintah,bukan ormas. ulama sepakat bahwa pribadi atau kelompok mengumumkan ramadhan sendiri ketika pemerintah tidak menerima. kalau bicara agama, jangan asal bicara sebelum mengkaji fikih dan ushul fikih. untuk penyakit saya, kita meminta saran dokter. untuk agama semua orang biscara

    BalasHapus
  8. Asslmalykum ustadz Agus Salim ;)

    Kok di kalender ane tgl 1 Syawalnya pas di 31 Agustus, ya? Apa itu berarti kalender ane gak make hitungannya pemerintah?

    Jadi, ustadz pulang ke Jombangnya kapan? ;)

    Wassalamualaykum,
    Anis

    BalasHapus
  9. Anis: Wa'alaikumussalam wr.wb.

    Nis, semua kalender Indonesia yang ada hari libur nasionalnya pasti libur nasional Idul Fitri 1432 (tanggal merahnya) hari selasa & rabu, 30-31 Agustus 2011. Masalah tanggal hijriyahnya ya tergantung pake hitungan siapa. Contohnya kalender hijriyah yang dikeluarkan Lajnah Falakiyah NU Kabupaten Gresik yang link-nya sudah kuberi diatas, 1 Syawalnya tanggal 31 Agustus.

    Aku gak pulang lebaran ini ke Jombang Nis, ortuku semuanya sudah gak ada. Lha kamu sendiri mudik kemana? Ngobrolnya di japri saja ya.

    Wassalam

    BalasHapus
  10. Assalamualaikum wr.wb

    kalau saya sendiri lebih memilih paham agama yang benar-benar kuat yang berasal dari Arab ...

    ... Di Arab Idul fitri terjadi tanggal 30, yg artinya disini akan terjadi tanggal 31, karena perbedaan waktu antara arab dan indonesia kurang lebih 1 hari ..
    .
    hanya anggapan saya saja .. ^^

    BalasHapus
  11. ngak masalah sih. selasa atau rabu sama saja.

    BalasHapus
  12. masalahnya bila kita berpuasa pada hari tasyrik kn haram..,
    jdi, harus ada kepastian

    terimakasih

    BalasHapus
  13. kapan ya Pemerintah bisa menyatukan seluruh paham organisasi" besar maupun kecil, sehingga keputusan yang sangat penting ini bisa dimengerti oleh seluruh rakyat, terutama rakyat kecil (awam).

    BalasHapus
  14. “Hukum itu berlaku menurut ada
    atau tidak adanya ilat.” Artinya apabila hisab belum bisa dilakukan karena belum ada
    yang menguasainya, maka digunakan rukyat. Akan tetapi setelah umat tidak lagi
    ummi di mana penguasaan astronomi telah maju dan dapat diterapkan secara akurat,
    maka perintah rukyat tidak berlaku lagi. Kita cukup menggunkan hisab.

    Menurut Yusuf al-Qaradawi: perintah rukyat (melihat hilal)
    itu adalah perintah berilat dan ilatnya adalah karena umat pada umumnya di zaman
    Nabi saw adalah ummi, yakni belum mengenal tulis baca dan belum bisa melakukan
    perhitungan hisab.

    Wallahu a'lam bishowwab,
    Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawwal 1432H / 30 Agustus 2011. Tetap jagalah ukhuwwah.

    BalasHapus
  15. sebenar nyatu agama islam tu puasa brpa hari bh.,.??
    kok ndak jelas gitu.,.?
    seharuss nya pemerintah kan udah tw kpn lebaran dan kapan habiss puasa....

    BalasHapus
  16. Alhamdulillah, pemerintah sudah menetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1432 jatuh pada hari rabu 31 Agustus 2011. Ini merupakan kemenangan ilmu pengetahuan, juga kemenangan pemerintah yang mengubah tanggal jatuhnya Idul Fitri 1 Syawal 1432 yang telah ditetapkan dalam SKB 3 menteri tentang hari besar nasinal 2011, juga kemenangan umat Islam yang telah menyerahkan urusan kepada ahlinya.

    BalasHapus
  17. Salam Pak Badrus,
    Mohon maaf, pekik kemenangan Bapak terdengar seperti orang lomba lari dan mengira telah berada di garis finish. Padahal peserta lomba lain merasa finish di jalur yang berbeda dengan Bapak.
    Sebagian besar negara di dunia merayakan Idul Fitri di hari Selasa, 30 Agustus 2011.
    Mohon saling rendah hati dan bertawakkal pada Allah.

    @Dadan Hamdani,
    Kalau mau ikut sama dengan Arab Saudi, harusnya tanggal 30 juga. Garis waktu kita lebih cepat sekitar 5 jam dibandingkan Arab. Kita puasa juga lebih dulu 5 jam dibanding Arab.

    BalasHapus
  18. @ikhwanudin,
    Saya bisa memaklumi kalau Bapak tidak pernah berpikir tentang astronomi atau ilmu falak. Saya menyampaikan kegembiraan karena saya menyukai astronomi walaupun bukan ahlinya, saya menyukai ilmu falak walaupun bukan ahlinya. Saya hanya gelisah, karena umat Islam pernah mengalami masa keemasan dalam bidang astronomi ketika bangsa eropa berada dalam kegelapan, sementara saat ini kita dicemooh dengan ungkapan: "orang lain sudah mendarat di bulan tapi umat Islam masih bingung untuk melihat bulan". Karena itu, untuk melihat bulan serahkanlah kepada ahlinya yaitu ahli astronomi dan ahli ilmu falak.

    Ada baiknya Bapak baca tulisan ahli astronomi ini: Kesaksian Mustahil Rukyat Saudi Syawwal 1432, sudah saya salin ke blog saya ini dengan judul yang sama.

    Bagus juga Bapak baca tulisan para ahli astronomi seperti Bapak Thomas Djamaluddin di http://tdjamaluddin.wordpress.com/. Juga situs Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) di: http://rukyatulhilal.org/, Islamic Crescents' Observation Project (ICOP) di: http://icoproject.org/, dan situs moonsighting.com di http://moonsighting.com/.

    BalasHapus
  19. Maaf Pak Badrus,
    anda kok memasang wignet Kalender Hijriyah yang tidak mencamtumkan tanggal 30 Ramadhan 1432 ?
    Tolong di cek tanggal tanngal 29 Ramadhan 1432 bertepatan 29 Agustus 2011 dan 30 Agustus 2011 bertepatan 1 Syawwal 1432 (Idul Fitri)?

    BalasHapus
  20. Maaf Pak Badrus, Kalendernya diganti saja.. nanti anda dituduh orang M..., kecuali anda mau cari kebenaran data.
    Tanggal 20 Juli 2012 bertepatan dengan 1 Ramadhan 1433 sama persis dengan kalendernya M....... ?

    BalasHapus
  21. ustad Agus Salim :
    apa benar menurut astronomi ?
    20 Juli 2012 = 1 Ramadhan 1433 (muhammadiyah)
    21 Juli 2012 = 1 Ramadhan 1433 (pemerintah)
    19 Agustus 2012 = 1 Syawwal 1433 (muhammadiyah & pemerintah)

    BalasHapus
  22. Kalender di widget diatas berdasar perhitungan kalender Ummul Quro, yaitu kalender yang digunakan untuk kepentingan administrasi di Arab Saudi. Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di http://www.al-habib.info/islamic-calendar/ dan http://www.al-habib.info/kalender-islam/ummulqura.htm

    Tentang Ramadhan 1433, saya kutipkan tulisan pak T.Djamaluddin di Muhammadiyah Terbelenggu Wujudul Hilal: Metode Lama yang Mematikan Tajdid Hisab: "Kalau kriteria Muhammadiyah tidak diubah, dapat dipastikan awal Ramadhan 1433/2012, 1434/2013, dan 1435/2014 juga akan beda."

    BalasHapus
  23. Benar Ustad, di Arab Saudi memang tanggal 30 Agustus 2011 bertepatan dengan 1 Syawal 1432.
    Tetapi kenapa kalender dalam blog Ustad tidak mencamtumkan tanggal 30 Agustus 2011 bertepatan dengan 30 Ramadhan 1432 atau 31 Agustus 2011 bertepatan dengan 1 Syawal 1432 ? Kan pemerintah menetapkan 31 Agustus 2011 bertepatan dengan 1 Syawwal 1432, mestinya kalendernya juga sama, jika tidak kita harus punya kalender macam-macam sesuai dengan fungsinya yang berbeda. Kalender administrasi sendiri... Kalender untuk ibadah sendiri ... mestinya kan cukup satu saja? Kalendernya untuk Arab Saudi atau Indonesia ? Atau sebenarnya cukup satu kalender yang bisa berlaku untuk semuanya ?

    BalasHapus
  24. Bagi siapa saja yang tanya tentang widget fase bulan di kiri atas blog ini, itu saya ambil dari situs al-habib. Alamatnya: http://www.al-habib.info/islamic-calendar/hijri-calendar-current-moon-phase-04.htm. Kalendernya ya begitu, gak ada tanggal 30 Ramadhan 1432. Saya tidak tahu bagaimana caranya agar bisa sesuai dengan perhitungan yang digunakan pemerintah Indonesia. Ada yang punya saran?

    BalasHapus
  25. Apakah penjelasan tersebut berarti bahwa dasar penanggalan muhammadiyah belum usang, masih sesuai, masih dipakai,cocok dengan wignet di blog ini.......?

    BalasHapus
  26. Kalau menurut Pak T.Djamaluddin hisab wujudul hilal sudah cenderung ditinggalkan diganti hisab imkanur rukyat. Saya kutipkan tulisan beliau:

    Kita ketahui, metode penentuan kalender yang paling kuno adalah hisab urfi (hanya berdasarkan periodik, 30 dan 29 hari berubalang-ulang, yang kini digunakan oleh beberapa kelompok kecil di Sumatera Barat dan Jawa Timur, yang hasilnya berbeda dengan metode hisab atau rukyat modern). Lalu berkembang hisab imkan rukyat (visibilitas hilal, menghitung kemungkinan hilal teramati), tetapi masih menggunakan hisab taqribi (pendekatan) yang akurasinya masih rendah. Muhammadiyah pun sempat menggunakannya pada awal sejarahnya. Kemudian untuk menghindari kerumitan imkan rukyat, digunakan hisab ijtimak qablal ghurub (konjungsi sebelum matahari terbenam) dan hisab wujudul hilal (hilal wujud di atas ufuk yang ditandai bulan terbenam lebih lambat daripada matahari). Kini kriteria ijtimak qablal ghurub dan wujudul hilal mulai ditinggalkan, kecuali oleh beberapa kelompok atau negara yang masih kurang keterlibatan ahli hisabnya, seperti oleh Arab Saudi untuk kalender Ummul Quro-nya. Kini para pembuat kalender cenderung menggunakan kriteria imkan rukyat karena bisa dibandingkan dengan hasil rukyat. Perhitungan imkan rukyat kini sangat mudah dilakukan, terbantu dengan perkembangan perangkat lunak astronomi. Informasi imkanrur rukyat atau visibilitas hilal juga sangat mudah diakses secara online di internet.

    BalasHapus
  27. Saya hanya bertanya ustad ...
    kenapa anda memasang wignet kalender yang
    anda sendiri tidak mengakui kebenarannya ...?
    mengapa tidak memasang kalender yang hari ini menunjukan tanggal 14 September 2011 = 15 Syawwal 1432 jadi tidak ada kaitannya dengan TDjamaluddin...
    Kalau begitu dihapus saja ....

    BalasHapus