Kamis, 25 Agustus 2011

Koreksi Ketinggian Untuk Jadwal Shalat Maghrib

Tadi saya mendengarkan ceramah tentang penentuan 1 Syawal dari Pak Hendro Setyanto, anggota Badan Hisab Rukyat Jawa Barat. Di awal acara beliau menyampaikan tentang jadwal shalat. Beliau menunjukkan jadwal imsakiyah yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama Jawa Barat sebagaimana gambar di bawah ini.

 Gambar ini juga bisa dilihat di: http://jabar.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=37.

Yang menarik dari jadwal imsakiyah tersebut adalah pada keterangan di bagian atas dan di bagian bawah. Keterangan di bagian atas adalah: DIHITUNG UNTUK KETINGGIAN 0 METER DPL. Keterangan di bagian bawah adalah: Koreksi ketinggian (khusus Maghrib): 50-100 meter = + 1 menit; 100-250 meter = + 2 menit; 250-450 meter = + 3 menit; 450-750 meter = + 4 menit; dan diatas 750 meter = + 5 menit. Berdasarkan info dari wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Cimahi), ketinggian untuk stasiun Cimahi +732m dpl, berarti koreksinya adalah + 4 menit. Untuk Lembang mungkin + 5 menit ya.

Yang jadi masalah, banyak jadwal imsakiyah menyalin jadwal dari Kementrian Agama tanpa keterangan tentang koreksi ketinggian. Akibatnya, kalau ini digunakan di Bandung membuat waktu berbuka lebih cepat 4 menit dari yang seharusnya. Sebagai informasi, waktu maghrib dimulai ketika matahari terbenam, yaitu ketika seluruh piringan matahari berada di bawah ufuk sebagaimana gambar di bawah ini.
Untuk lebih jelas tentang pengertian masing-masing waktu shalat, silakan bukan alamat ini: http://bengkelfalak.org/jadwalsholat/jadwalsholat.html. Pak Hendro bercerita, di Lembang sering beliau mendengar suara adzan maghrib tapi ternyata matahari masih terlihat di atas ufuk.

Mudah-mudahan jadwal imsakiyah yang asli dari Kementrian Agama di atas bisa membantu kita menjalani ibadah shaum dengan lebih tepat.

1 komentar:

  1. kalau di pesawat ketinggian 38000 kaki.bisa beda 3.8 derajat atau sekitar 15 menit...

    koreksi (dalam derajat) : akar(ketinggian dlm meter) bagi 28.8

    BalasHapus