Sabtu, 13 Juli 2013

Alif Washal Yang Agak Membingungkan (Bagian Kedua)

Metode pertama untuk membaca alif washal, yaitu cara paling mudah, adalah dengan mewashalkannya. Maksudnya, cara paling mudah adalah dengan tidak melafalkan huruf alif tersebut dengan jalan menyambung dengan bacaan sebelumnya. Misalnya alif washal di awal ayat 6 surah Al-Fatihah. Kalau diwashalkan dengan ayat sebelumnya (ayat 5) maka bacaannya adalah "iy-yaa-ka-na'-bu-du-wa-iy-yaa-ka-nas-ta-'ii-nuh-di-nash-shi-raa-thal-mus-ta-qiim". Demikian juga alif washal di awal QS Al-Baqarah 2:27, bila diwashalkan dengan ayat 26 maka dibaca "... il-lal-faa-si-qii-nal-la-dzi-na-yan-qu-dhuu-na ...".

Metode pertama ini adalah cara paling ampuh apabila kita menemukan huruf alif dengan tanda cacing diatasnya tetapi tidak tahu cara membacanya. Tapi cara pertama ini menuntut kita pandai-pandai memilih tempat berhenti ketika membaca Al-Qur'an agar tidak memulai bacaan pada huruf alif washal, kalau tidak maka kita akan kehabisan nafas sebelum berhenti di tempat yang tepat.

Metode kedua yang lumayan mudah adalah menggunakan mushaf Al-Qur'an cetakan Indonesia. Di Indonesia mushaf Al-Qur'an yang beredar kebanyakan adalah cetakan dalam negeri. Wajar memang, karena kalau cetakan timur tengah kan barang impor, jadi harganya mahal. Kalau kita sandingkan mushaf Al-Qur'an cetakan Indonesia dengan cetakan timur tengah, biasanya cetakan Indonesia tulisannya lebih jelek. Ada juga cetakan Indonesia yang tulisannya bagus, tapi harganya juga mahal. Tetapi, yang paling penting dari perbedaan mushaf Al-Qur'an cetakan Indonesia dengan cetakan timur tengah adalah pada tanda bacanya, baik harakat maupun tanda waqaf. Saya tidak akan membahas panjang lebar disini, tapi terkait alif washal, perbedaan paling penting adalah bahwa di mushaf Al-Qur'an cetakan Indonesia kita tidak akan menemukan tanda cacing di atas huruf alif yang menandakan itu alif washal. Selain itu, di cetakan Indonesia sering kita jumpai tanda waqaf di akhir ayat, sementara di cetakan timur tengah tidak pernah ada. Tanda waqaf di akhir ayat ini ternyata sangat membantu kita dalam membaca alif washal.

Tanda waqaf, walaupun diterjemahkan dengan tanda berhenti, tetapi tidak semuanya menunjukkan bahwa kita boleh atau harus berhenti pada tanda tersebut. Ada tanda waqaf yang artinya tidak boleh berhenti, yaitu yang ditulis dengan huruf lam-alif. Ada juga yang artinya sebaiknya terus yaitu yang ditulis dengan huruf shod-lam. Saya ambil contoh tanda waqaf lam-alif yang ada di akhir ayat 26 surah Al-Baqarah mushaf Al-Qur'an cetakan Indonesia, yaitu sebelum alif washal di awal QS Al-Baqarah 2:27 berikut ini.


Gambar di atas saya ambil dari Al-Qur'an cetakan Penerbit Diponegoro, Bandung yang juga menyediakan versi digitalnya. Sebagai catatan, kalau kita mencari mushaf Al-Qur'an di internet, kebanyakan versinya cetakan timur tengah. Saya belum pernah menemukan yang versi cetakan Indonesia. Pada gambar di atas, tanda waqaf lam-alif saya beri lingkaran biru, sedangkan lingkaran merah adalah alif washal sebagaimana di tulisan saya yang bagian pertama (Alif Washal Yang Agak Membingungkan (Bagian Pertama)).

Prinsip utama metode kedua ini adalah ikuti tanda waqaf. Apabila ada tanda waqaf lam-alif atau shad-lam, baik di akhir ayat mapun di tengah ayat, kemudian setelah itu ada huruf alif tidak berharakat, maka jangan menghentikan bacaan disitu, jangan memulai bacaan dari huruf alif yang tidak berharakat tersebut. Jadi, pada contoh gambar di atas, ayat 26 harus dibaca bersambung dengan ayat 27 seperti metode pertama yaitu "... il-lal-faa-si-qii-nal-la-dzi-na-yan-qu-dhuu-na ...". Sebaliknya, bila di akhir ayat tidak ada tanda waqaf lam-alif atau shad-lam, ataupun di tengah ayat ada tanda waqaf selain lam-alif dan shad-lam, kemudian setelah itu ada huruf alif berharakat fathah, kasrah, atau dhammah, maka kita harus menghentikan bacaan di akhir ayat atau tanda waqaf tersebut, kemudian memulai bacaan dari huruf alif berharakat setelah akhir ayat atau tanda waqaf tersebut. Contohnya huruf alif di awal QS At-Taubah 9:97 di bawah ini.


Pada gambar di atas, di akhir ayat 96 kita harus menghentikan bacaan, kemudian memulai bacaan dari huruf alif yang saya beri lingkaran merah dengan bunyi "a".

Dengan metode kedua ini, kita tidak melafalkan alif washal di tempat-tempat di bawah ini

QS Al-Fajr 89:28
Ayat 27 dibaca bersambung dengan ayat 28 menjadi "yaa-ay-ya-tu-han-naf-sul-muth-ma-in-na-tur-ji-'ii-i-laa-rab-bi-ki-raa-dhi-ya-tam-mar-dhiy-yah".

QS Yasin 36:21
Ayat 20 dibaca bersambung dengan ayat 21 menjadi "...yaa-qau-mit-ta-bi-'ul-mur-sa-lii-nat-ta-bi-'uu-mal-laa..."

Juga QS Al-Ahqaf 46:4
Walaupun ada tanda waqaf, tetapi karena berupa shad-lam sebagaimana saya beri lingkaran biru di atas, membacanya tidak dihentikan di tanda waqaf ini, alif washal setelah tanda waqaf pun tidak dilafalkan, sehingga dibaca "... fis-sa-maa-waa-ti'-tuu-nii-bi-ki-taa-bim...".

Sebaliknya, kita harus menghentikan bacaan sebelum alif washal di tempat-tempat berikut ini, kemudian memulai bacaan dari alif washal tersebut serta melafalkannya.

QS An-Naml 27:37
Huruf alif yang saya lingkari merah dibaca "i", sehingga dibaca "... taf-ra-huun. ir-ji'-i-lay-him...".

QS An-Naml 27:28
Alif yang saya lingkari merah dibaca "i".

QS Shaad 38:42
Alif yang saya lingkari merah dibaca "u".

Pada contoh-contoh dengan alif yang dilafalkan di atas, kita tidak boleh menyambungkannya dengan bacaan sebelumnya, karena kita tidak tahu apakah alif tersebut alif washal atau bukan. Saya ambil contoh huruf alif pada awal QS Maryam 19:38 di bawah ini.
Huruf alif yang saya beri lingkaran kuning di atas bukan alif washal, karena itu kalau ayat 37 dibaca bersambung dengan ayat 38 di atas, huruf alif tersebut tetap dibaca "a" jadi "... yaw-min-'a-zhii-min-as-mi'-bi-him..."

Jadi, dengan metode kedua ini kita harus benar-benar patuh dengan tanda waqaf. Bahkan tanda waqaf yang hanya anjuran untuk tidak berhenti pun, kita tidak boleh berhenti bila sesudah tanda waqaf itu ada alif tidak berharakat. Sebaliknya, bila ada tanda waqaf yang hanya anjuran untuk berhenti, atau pun akhir ayat tanpa tanda waqaf, kita harus berhenti bila diikuti dengan alif berharakat.

Tambahan untuk metode kedua (update tgl 14 Juli 2013). Karena tanda waqaf bermacam-macam, agar tidak bingung, saya ringkas saja. Apabila di awal ayat atau setelah tanda waqaf di tengah ayat ada huruf alif tidak berharakat, maka kita tidak boleh memulai bacaan dari huruf alif itu, alias harus disambung dengan bacaan sebelumnya (kalau di awal ayat berarti harus disambung dengan ayat sebelumnya, kalau setelah tanda waqaf di tengah ayat berarti harus disambung dengan bacaan sebelum tanda waqaf). Apabila di awal ayat atau setelah tanda waqaf di tengah ayat ada huruf alif berharakat, maka kita harus memulai bacaan dari huruf alif itu, alias tidak boleh disambung dengan bacaan sebelumnya.

5 komentar:

  1. Terima kasih atas ilmunya, tapi saya ingin tahu kapan alifnya dibaca "a" atau "i" atau "u" jika alif di awal ayat/setelah waqaf, apakah tergantung kata di bahasa arabnya atau ada aturannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada aturanya.
      Kalau setelah alif washal, huruf lam maka alifnya dikasih fathah sehingga dibaca a.

      Jika bukan huruf lam maka tergantung harkat huruf ke 3. Jika berharkat fathah dan kasrah maka alifnya dikasrah sehingga dibaca i dan jika huruf ke 3 berharkat dummah maka alifnya diharkat dummah sehingga dibaca u

      Hapus
    2. arimas, sok tau lu,
      lihat surat Al alaq , Iqro' kenapa d baca I? sementara huruf ke 3 nya bukan kasrah !!??

      Hapus
    3. Jika huruf ketiga berharakat FATHAH dan kasrah maka dibaca i, kecuali stelah alif ada lam maka dibaca a

      Hapus
  2. Bagaimana cara menentu alif itu dibaca kasro, pathah / dommah sedangkan huruf ke 2 sukun dan huruf ke tiganya hidup

    BalasHapus